LOVE ME [ CHAPTER 9 ]

2 Des

love me

Judul/Title : Love Me 

Author : Cho Jihyun [ @Rivanawr]

Cast : Cho Kyuhyun & Seo Joohyun

Other Cast : You’ll find it

Length : 1 of …………….

Genre : Romance, Sad, Family.

Author Notes (A/N) : Annyeong wiresdeul *bow* saya balik lagi dengan ff lanjutan LOVE ME

Bisa juga kalian temukan beribu-ribu(lebay) Typos yang merajalela di sepanjang ff

Udah deh cekidot sajaaa…..jangan lupa comment ya eheheh Gomawo thanKyu :*

PLEASE DON’T BE A PLAGIATOR!

Seohyun selalu berharap suaminya menikahinya karena memang mencintainya. Bukan hanya untuk mengembalikan perusahaan-nya.
.

.

LOVE ME

CHAPTER 1 | CHAPTER 2 | CHAPTER 3 | CHAPTER 4 | CHAPTER 5 | CHAPTER 6 | CHAPTER 7 | CHAPTER 8

.

“Kau baik-baik saja, Seohyun~ah?”

Seohyun segera mengangkat kepalanya yang terkulai di atas meja kerjanya. Sepertinya kondisi tubuhnya sekarang membuat seluruh inderanya tidak berfungsi seperti biasa. “Ah− Victoria~ya. Aku tidak tahu kalau kau datang,” ucapnya sedikit parau. Matanya menyipit untuk membiasakan cahaya yang diterima kedua pupilnya.

“Kukira tadi kau sudah mendengar ketukanku, Seohyun~ah. Mianhe, aku tidak tahu kalau kau tertidur.”

Senyum lemah mengambang di bibir Seohyun. “Tak apa, lagipula tadi aku tidak tidur. Kepalaku sedikit pusing, jadi aku ingin beristirahat sebentar,” terang Seohyun sembari memijit pelan pelipisnya.

Victoria menganggukkan kepalanya setuju. “Beberapa hari ini kau tidak terlihat sehat, Seohyun~ah. Wajahmu pucat.”

Seohyun menegakkan punggungnya tanpa membalas perkataan lawan bicaranya. Tangannya meraih sebuah map di bawah laci mejanya. “Ini adalah laporan kesehatan peserta ujian Medis yang diminta Tiffany. Bisakah kau memberikan ini kepadanya?”

“Tentu.” Victoria meraih map yang baru saja diberikan Seohyun, dan sebagai gantinya memberi Seohyun dengan beberapa lembar kertas yang dijepit di clipboard.

“Apa ini sudah diperiksa Tiffany?”

“Ya. Tiffany Agashii cukup terkejut melihat laporan ini dapat kau selesaikan dalam waktu sekejap, Seohyun~ah.”

“Benarkah?” tanya Seohyun basa-basi. Matanya meneliti setiap kata yang ada di laporan yang baru saja diberikan Victoria. Senyum tipis terukir di bibirnya yang agak putih.

“Kurasa kau harus pulang, Seohyun~ah,” ucap Victoria memecah keheningan yang sempat tercipta di sana. Wajah wanita itu terlihat sedikit khawatir. “Tidak baik jika kau terus bekerja dalam kondisi seperti itu. Tiffany Agashii pasti juga akan memaksamu beristirahat jika melihatmu seperti ini.”

Seohyun memandang Victoria sejenak. Apa yang dikatakan Victoria memang sudah dipikirkannya sejak ia merasa ada yang tidak beres dengan kesehatannya. “Kau benar, Victoria~ya. Sepertinya aku harus istirahat di rumah.”

“Kalau begitu kau langsung pulang saja, Seohyun~ah. Biar aku yang memberikan laporan ini kepada Yoona,” ucap Victoria seraya mengulurkan tangannya untuk meraih kembali clipboard yang ada di depan Seohyun. Namun belum sampai tangannya berhasil meraih benda itu, Seohyun dengan cepat menjauhkan benda itu dari tangannya.

“Tidak perlu. Biar aku saja yang memberikannya.” Seohyun melepaskan lembaran kertas itu dan memasukkannya dalam sebuah map dengan cekatan.

“Tapi−”

“Rumahku searah dengan kantor Yoona yang ada di sini.” Seohyun beranjak dari kursinya dengan sedikit limbung. “Lagipula ada yang ingin kubicarakan dengannya saat ini,” sambungnya cepat begitu melihat Victoria ingin menyangga perkataannya.

.

Seohyun berjalan pelan menyusuri jalanan desa yang terlihat tenang sore itu. Seharusnya sejak tadi pagi saja ia memutuskan untuk absen di rumah sakit. Pusing yang ia rasakan sekarang membuatnya susah untuk bergerak cepat. Sesekali Seohyun berhenti sejenak ketika merasa pusing di kepalanya terasa sangat berat sehingga membuatnya hampir limbung untuk yang kesekian kalinya.

Sial!

 

Sebenarnya bukan hanya Victoria saja orang yang menyuruhnya untuk beristirahat, Yonghwa adalah orang pertama. Pria itu bahkan sudah menyuruh Seohyun untuk beristirahat pada dua hari sebelumnya, saat Seohyun mengungkapkan untuk yang pertama kalinya bahwa ia sering merasa pusing. Raut wajah Teman medisnya yang menunjukkan kekhawatiran kala itu membuat Seohyun terkekeh geli. Wajah tampannya yang biasa tenang dan terkesan dingin, langsung berubah bingung dan gegabah. Kalau saja Seohyun tidak berbohong dengan berkata itu adalah hal biasa yang dialami wanita saat datang bulan, Yonghwa tetap akan bersikeras menyuruhnya untuk tidak keluar rumah dan beristirahat di dalamnya.

Mengingat Yonghwa membuat Seohyun tersenyum geli. Ia tidak pernah menyangka bahwa Yonghwa akan menjadi salah satu orang terdekatnya seperti saat ini. Entah mengapa Seohyun merasa bahwa Yonghwa bisa menjadi teman dekat layaknya Minho. Walau tanpa lelucon dan tingkah aneh yang biasa dilakukan Presdir yang selalu sibuk itu, Yonghwa bisa menghibur dan menenangkannya dengan cara pria itu sendiri. Tak jarang pula pria itu membuat kedua pipi Seohyun merona dengan segala perkataan dan sikapnya. Dengan adanya Yonghwa, Seohyun bisa merasakan kehadiran sosok Minho yang selama ini sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri. Bahkan karena kedekatannya sekarang dengan Yonghwa, formalitasnya kepada pria itu sudah mulai terkikis.

Namun tak semua hal yang dilakukan Yonghwa pada Seohyun tidak terlihat normal di mata wanita itu. Minho memang selalu menaruh perhatian lebih pada Seohyun, begitu pula yang dilakukan oleh Yonghwa sekarang. Tapi yang membedakannya adalah tatapan kedua pria itu, jika Minho selalu menatap Seohyun dengan tulus dan ceria, tatapan yang diberikan Yonghwa padanya terasa lebih dalam dan memiliki ambisi. Tak jarang Seohyun merasa kalau Dokter muda itu selalu berusaha untuk menyentuhnya saat mereka hanya berdua saja.

Tidak.

Seohyun menggelengkan kepalanya kuat hingga membuat rasa pusing di kepalanya bertambah hebat.

Bodoh! Berhenti berpikir seperti itu, Seohyun!

Tanpa berhenti sejenak hanya untuk sekedar mereda rasa pusingnya, Seohyun melangkahkan kakinya lebih cepat untuk mencapai pintu utama gedung kantor Yoona yang sudah di depan mata. Sapaan sopan yang ditujukan untuknya dari beberapa Perawat maupun Pegawai mengiringi langkahnya menuju ruangan Yoona. Setelah mengetuk pintu dan mendengar suara dari dalam yang menyuruhnya untuk masuk, Sakura membuka pintu itu perlahan. “Annyeong, Yoona.”

Yoona mengangkat kepalanya dari beberapa gulungan yang tergeletak di atas mejanya untuk melihat pemilik suara yang sudah sangat ia kenali. “Ah, Seohyun~ya. Ada yang bisa kubantu?”

Seohyun melangkah mendekati Yoona, namun langkahnya terhenti begitu ia melihat seorang pria yang menyandarkan tubuhnya di kusen jendela. Senyum sopan ditujukan Seohyun kepada pria itu. “Annyeong, Yonghwa~shii.”

“Annyeong,” sahut Yonghwa singkat. Seperti biasa, sorot mata yang lembut dari pria itu selalu menyenangkan Seohyun.

“Apa aku mengganggu pertemuan kalian, Yoona?” tanya Seohyun.

“Tidak. Yonghwa hanya menumpang duduk di sini. Dia bilang pemandangan di sini sangat indah, apalagi saat sore seperti ini.” Yoona menghentikan ucapannya untuk menghela napas panjang. “Haaaahhh… karena ada dia, aku jadi susah berkonsentrasi.”

“Seperti kau bisa berkonsentrasi saja, Yoona.”

“Ya ya, kau ini sebenarnya ada di pihak mana, Seohyun~ya?”

Seohyun terkekeh pelan. Ia kembali melangkahkan kakinya mendekati Yoona sebelum melempar senyumnya untuk Yonghwa. “Ini adalah laporan yang kau minta,” ucapnya seraya menyerahkan sebuah map yang sedari tadi berada di lengannya. “Semua Perawat yang baru saja kau utus untuk ke Namsan tidak teridentifikasi racun yang berbahaya. Mereka semua sehat, jadi kau tidak perlu khawatir.”

“Cepat sekali kau mengerjakannya,” komentar Yoona sembari memeriksa isi laporan itu.

“Bukankah itu lebih baik?”

Yoona menutup laporan itu dan memandang Seohyun tajam. “Tapi kurasa ini tidak baik untuk kesehatanmu.”

Seohyun diam. Yang dikatakan Yoona memang benar, Seohyun mengerjakan laporan itu tanpa sedikitpun memikirkan kesehantannya yang menurun akhir-akhir ini.

“Seharusnya kau lebih mementingkan kesehatanmu, Cho Seohyun. Aku tidak tahu omelan apa yang diberikan kyuhyun padaku jika dia tahu istri tercintanya sakit gara-gara tugas yang kuberi.”

Mendengar nama Kyuhyun, mau tidak mau membuat Seohyun merasa bingung untuk sepersekian detik sebelum ia menyunggingkan senyuman di wajahnya−memberitahu Yoona bahwa ia baik-baik saja. “Jangan berlebihan seperti itu, Yoona~ah! Anda bisa lihat kan, kalau saya sekarang baik-baik saja?”

“Aku tidak berlebihan, Seohyun~ya. Aku berkata yang sebenarnya. Seharusnya kau lihat sendiri bagaimana pucatnya dirimu sekarang,” ucap Yoona dengan nada yang lebih tinggi.

Mata coklatnya semakin tajam menatap Seohyun. “Kau seorang Dokter, kan? Kurasa kau lebih paham kesehatanmu sendiri dibandingkan orang lain.”

Seohyun tahu kalau hal ini akan menjadi sulit. Ia menarik napas panjang dan menatap Yoona seksama. “Aku paham, Yoona. Maaf karena telah membuatmu khawatir.”

Yoona beranjak dari kursinya dan mendekati Seohyun. “Bagus kalau kau paham,” ucapnya seraya meletakkan kedua lengannya di depan dadanya. “Setelah ini pulang dan cobalah untuk beristirahat. Bila perlu jangan bekerja dulu jika kau benar-benar belum merasa baik. Kau pasti tidak ingin membuat Kyuhyun khawatir dengan keadaanmu sekarang, kan?”

Rasa rindu secara perlahan menyeruak di benak Seohyun saat mendengar nama Kyuhyun kembali disebut Yoona. Seharusnya Seohyun lebih bisa mengatasai perasaannya setelah semua yang terjadi padanya. “Ya,” sahut Seohyun pelan. Sebelum berpamitan, mata coklatnya tak sengaja menangkap ekspresi keras seorang pria lagi yang sedari tadi diam berdiri tak jauh darinya dan Yoona. Ia baru saja akan berpamitan kepada pria itu sebelum suara Yoona membuat perhatiannya teralih.

“Apa kau perlu kuantar, Seohyun? Aku khawatir kau akan pingsan di jalan.”

“Tidak perlu, aku masih kuat kalau untuk pulang ke rumah,” ucapnya seraya tersenyum kecil. “Lebih baik kau mengerjakan tugasmu saja− Ya ampun, kau ini seorang Dokter Tinggi, seharusnya kau tidak membiarkan tugasmu menumpuk setinggi itu, Yoona.”

“Ya ya ya, bilang saja kalau kau tidak ingin kuantar pulang.”

Seohyun terkekeh pelan. Ia membungkukkan badannya sekali lagi kepada Yoona dan Yonghwa sebelum benar-benar melangkahkan kakinya pergi dari ruangan itu.

“Apa dia akan baik-baik saja?”

Pertanyaan Yonghwa setelah beberapa saat terdiam segera membuat perhatian Yoona teralih. “Hmm?”

“Seohyun,” jawab Yonghwa tenang. Mata Dingin-nya masih menatap pintu tempat punggung Seohyun menghilang.

Yoona mengangkat salah satu alisnya. “Terdengar sedikit aneh ketika kau menanyakan keadaannya−Tapi… entahlah, aku berharap dia akan baik-baik saja.”

Hening sesaat menyelimuti ruangan dimana dua orang Kakak beradik itu berada, sebelum Yonghwa ikut melangkahkan kakinya keluar dari ruangan itu. “Aku pergi, Noona.”

“Kau mau ke mana?”

Yonghwa terus saja melangkahkan kakinya tanpa menghiraukan Yoona.

“Yonghwa? Hei!”

Suara Yoona dengan perlahan lenyap saat Yonghwa menutup pintu ruangan itu. Ia berjalan dengan langkah tegap yang pasti, karena menurut hatinya, ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan kali ini.

.

Yonghwa tak pernah merasakan kelegaan yang luar biasa seperti sekarang, saat ia menemukan sosok yang sedari tadi ia cari. Sosok yang kini tengah duduk di sebuah bangku panjang di pinggir taman, kepalanya yang sedikit tertunduk membuat rambut panjangnya menutupi sebagian wajahnya yang dibanjiri sinar matahari sore.

“Kukira kau tadi mengatakan akan istirahat di rumah. Tapi kenapa kau berada di sini, Seohyun?”

Seohyun mengangkat wajahnya sembari menyunggingkan senyum ramah di bibirnya yang semakin tampak putih. “Aku hanya ingin duduk sebentar, tadi kepalaku sangat pusing.”

Yonghwa mendekati Seohyun dan duduk di sebelah wanita itu. “Apa perlu kuantar ke rumah sakit? Kau sama sekali tidak terlihat sehat,” tanyanya khawatir.

Kekehan geli keluar dari mulut Seohyun. Ternyata pria ini mulai lagi. “Tidak perlu, Yonghwa-shii. Duduk di sini sudah sedikit mengobati pusingku.”

“Kau yakin?”

Seohyun menganggukkan kepalanya. “Lagipula pemandangan di sini indah, aku ingin menikmatinya sebentar.”

Angin yang berhembus perlahan membuat atmosfir di sana lebih sejuk. Pantulan cahaya keemasan matahari yang dipantulkan di atas danau, serta suara gelak tawa samar anak-anak yang terdengar tak jauh di sana semakin membuat suasana terasa tenang, terlebih bagi Seohyun

.

“Sekarang aku paham mengapa anda sangat menyukai suasana sore hari, Yonghwa~shii.” Seohyun menutup matanya seraya menarik napas dalam. “Karena ini semua terasa sangat tenang.”

“Ya.”

Suasana kembali hening selama beberapa menit ketika keduanya lebih memilih untuk meresapi setiap ketenangan yang ada. Sesekali Seohyun memejamkan matanya ketika merasakan hembusan angin kembali menerpa wajahnya. Walaupun hembusan kali ini entah mengapa membuat tubuhnya sedikit menggigil, ia tetap bertahan untuk menikmati suasana di sana. Suasana seperti ini mengingatkannya pada momen dimana ia sering duduk berdua dengan suaminya di beranda rumahnya ketika sore hari. Bersama-sama menikmati angin kecil yang berhembus di sana sembari menikmati minuman hangat yang ia buat.

Sial!

Berusaha menghapus pemikiran itu, Seohyun tetap memejamkan matanya dan menarik napas sedalam mungkin. Berulang kali ia berusaha untuk tidak memikirkan suaminya, namun hatinya tetap tidak bisa diajak kompromi.

“Seohyun?”

“Hm?”

Jeda beberapa detik sebelum Yonghwa kembali bertanya. “Adakah hal yang mengganggumu?”

Seohyun menolehkan kepalanya ke arah Yonghwa yang kini tengah menatapnya dalam, memberi tatapan penuh tanya pada pria itu.

“Akhir-akhir ini kau terlihat kontras.”

“Aku tidak mengerti maksud−”

“Jika beberapa hari yang lalu kau selalu terlihat sedih,” Yonghwa memberi jeda sejenak. “−sekarang kau terlihat lebih ceria.”

“Apa itu aneh?” Seohyun berusaha untuk tetap tenang di depan Yonghwa.

Yonghwa tidak langsung menjawab, tangannya yang terulur untuk membersihkan daun yang gugur di kepala Seohyun sedikit membuat tubuh wanita itu tegang. “Entahlah, tapi aku merasa kau menyembunyikan hal lain di balik ceriamu.”

Seohyun diam, tidak tahu harus berkata apa.

“Apa kau menyembunyikan sesuatu yang melukai hatimu?” sambung Yonghwa.

Seohyun kembali diam.

“Atau ini semua ada hubungannya dengan saat kau menangis di malam perayaan?”

Hangat yang menjalar di wajah Seohyun seolah sedikit mereda suhu dingin yang dirasakan wanita itu. Ia memang selalu malu jika harus mengingat apa yang terjadi pada malam itu, menangis tersedu-sedu dengan memeluk erat pria yang ada di depannya saat ini. Entah mengapa ia merasa sangat kurang ajar melakukannya. “Sama sekali tidak.” Seohyun menghembuskan napasnya ke udara, seolah-olah ia turut menghembuskan dusta yang keluar dari bibirnya. “Yonghwa~shii?”

“Apa?”

Seohyun menarik napas dalam sebelum kembali menatap Yonghwa. “Aku tahu sudah sangat terlambat untuk mengatakan ini. Kita bahkan juga telah bertemu beberapa kali setelah kejadian itu, tapi… Terimakasih.”

Tanpa penjelasan, Yonghwa tahu apa yang dimaksud Seohyun. “Jangan sungkan. Anggap saja kau menemaniku jalan-jalan saat itu.”

“Tidak. Mana bisa itu disebut jalan-jalan? Anda hanya mengantarkanku pulang, kan?” Seohyun menundukkan wajahnya, menyembunyikan rona merah dan penyesalan yang ada di sana. “Saat itu aku hanya merepotkan anda. Maaf.”

“Tadi kau berterimakasih, sekarang kau meminta maaf.” Yonghwa menahan senyumnya yang semakin membuat rona di wajah Seohyun terlihat jelas.

“Aku memang meminta maaf atas kejadian malam itu, tapi aku juga berterimakasih. Jadi−” Seohyun merasa kehabisan kata menghadapi Dokter di depannya ini. “Sudahlah lupakan! Sebagai ucapan terimakasih dan permintaanmaafku, aku berjanji akan menemani anda jalan-jalan lain kali.”

“Benarkah?”

“Benar.”

Yonghwa memberikan senyuman paling sumringah yang pernah Seohyun lihat. “Gomawo, Seohyun.”

Seohyun mengangguk, senyumnya pun tak kalah sumringah dari senyuman Yonghwa untuknya. Lagi-lagi, Yonghwa memberikan ketenangan serta hiburan tersendiri untuknya.

.

Matahari baru saja terbenam setengah jam yang lalu. Sinar terangnya kini digantikan sinar lembut rembulan yang muncul dari gumpalan awan mendung di atas langit Seoul. Jika semua orang akan segera pulang karena ingin makan malam bersama keluarga di rumah, hal itu tidak berlaku untuk Minho. Pekerjaannya sebagai Presdir mengharuskannya untuk bekerja lebih lama di mejanya ketimbang di luar−walaupun ia sadar ia bukan tipe orang yang bisa bekerja dalam satu titik. Ia beruntung memiliki seorang istri yang penyabar dan penyayang seperti Krystal. Selarut apapun Minho menginjakkan kakinya di rumah, wanita bermata coklat itu akan selalu menyambutnya dengan senyuman. Ah, mengingat Krystal membuat Minho semakin ingin menyelesaikan pekerjaannya dan pulang ke rumah, namun ketukan pintu yang menurutnya akan menambah pekerjaan yang harus ia lakukan malam ini membuyarkan itu semua. “Masuk,” ucapnya ketus.

Suara decitan pintu yang terbuka membuat Minho mengangkat kepalanya. “Ada ap− Oh, ternyata kau.”

“Pembangunan sudah terlaksana. Lusa akan selesai.”

“Kerja bagus, kawan. Di mana anggotamu?”

“Sudah kusuruh pulang.”

“Waaah… kau memang ketua yang baik, Kyuhyun.”

Kyuhyun diam tanpa ingin menanggapi perkataan teman kerjanya satu ini.

Minho kembali meraih pena dan bersiap melanjutkan pekerjaannya. “Sekarang pulanglah! Jangan lupa untuk menyerahkan laporan pembangunannya besok pagi.”

Baru saja Kyuhyun melangkahkan kakinya keluar, Minho kembali memanggilnya. “Hei, Kyu!”

“Ada apa?”

“Kurasa setelah ini kau harus berlibur dari pekerjaan mu untuk beberapa hari.”

Kyuhyun mengangkat salah satu alisnya. “Kenapa?”

Minho menyandarkan punggungnya ke kursi untuk mencari kenyamanan pada benda empuk itu. “Kau harus lebih memperhatikan istrimu daripada pekerjaanmu.”

Perkataan Minhonsemakin membuat Kyuhyun tidak mengerti. “Apa yang terjadi?”

“Aku tidak tahu secara jelas, tapi menurutku Seohyun~ya sedang tidak sehat. Wajahnya terlihat pucat saat aku bertemu dengannya kemarin.”

Jika beberapa saat yang lalu Kyuhyun tidak ingin cepat-cepat bertemu istrinya, kali ini seluruh tubuhnya seperti memerintahkannya untuk cepat pergi dari ruangan itu utnuk memastikan apakah wanita yang ia hindari selama ini dalam keadaan sehat atau tidak.
“Kalau kau begitu mengkhawatirkannya, lebih baik kau cepat pulang dan menuruti perkataanku, kawan,” ucap Minho seolah memahami pemikiran Kyuhyun.

.

Kyuhyun melajukan mobilnya dengan terburu-buru. Rintikan gerimis kecil sama sekali tidak membuatnya memiliki niat untuk memperlambat kecepatannyanya. Karena prioritas utamanya kali ini adalah menemui Seohyun.

Setelah menginjakkan kakinya di rumah, Kyuhyun langsung membuka pintu dan langsung menuju ke dapur, tempat dimana wanitanya biasa berada di sana. Namun yang ia jumpai adalah kekosongan. Suara langkah kaki yang terdengar seperti menuruni anak tangga entah mengapa membawa kembali keraguan yang tadi sempat Kyuhyun rasakan. Jika boleh jujur, sebenarnya ia masih belum siap. Egonya tetap menyuruhnya untuk diam di tempat, namun hatinya menyuruhnya untuk berbuat hal lain.

Mengesampingkan egonya sendiri, Kyuhyun lebih memilih untuk menuruti kata hatinya. Ia segera keluar begitu langkah kaki itu terdengar semakin dekat, namun langkahnya terhenti begitu saja ketika menyadari pemilik langkah kaki itu juga menghentikan langkahnya. “Apa yang kau lakukan di rumahku?” Kyuhyun benar-benar tidak berniat menyembunyikan nada dinginnya pada Teman dokter istrinya yang kini berdiri tepat di depannya.

“Mengantar Seohyun pulang. Tadi dia pingsan,” jawab Yonghwa tenang. Namun raut mukanya yang tenang justru memancing emosi Kyuhyun lebih dalam.

“Hanya itu?”

Yonghwa menyeringai tipis. Ia melanjutkan langkahnya menuju pintu. “Jangan khawatir, istrimu adalah wanita yang baik. Sedekat apa pun kami, dia selalu sadar akan posisinya sebagai seorang istri.”

“Kau sudah tahu kalau dia istriku, tapi kenapa begitu dekat bergaul dengannya, eh?”
Pertanyaan Kyuhyun kembali menghentikan Yonghwa. Dokter itu berbalik dan menatap Kyuhyun yang kini raut wajahnya sudah memerah karena marah. “Tahukah kau bahwa cinta bisa membuat seseorang bisa menjadi sangat egois untuk mendapatkannya?” Jeda sejenak sebelum Yonghwa melanjutkan perkataannya. “Tak peduli bagaimana pun statusnya, aku bisa saja merebutnya darimu jika kau menunjukkan kelemahanmu lagi.”

“Kau mengancamku?” Perkataan Kyuhyun terdengar lebih dingin dari sebelumnya di telinga Yonghwa. Lebih dari itu, Yonghwa merasa jika Kyuhyun sekarang bersiap untuk memukulnya.

Keheningan yang mencekam terjadi hanya beberapa detik di sana sebelum Yonghwa menjawab pertanyaan sang pemilik rumah dengan tenang. “Jika itu yang ada dalam pikiranmu, maka aku akan mengabulkannya dengan senang hati.” Tanpa berkata lagi, Yonghwa berbalik dan meninggalkan Kyuhyun dengan senyum kemenangan yang terpatri di wajahnya.

Kembalinya raut muka datar Kyuhyun mengiringi kepergian Yonghwa yang baru saja menutup pintu rumah itu dari depan. Jika saja ia tak ingat perkataan Yonghwa yang mengatakan bahwa Seohyun tadi pingsan, ia akan melemparkan apa pun yang ada di sana sebagai pelampiasan emosi. Tanpa ingin berpikir lebih banyak tentang Dokter itu lagi, Kyuhyun bergerak cepat menuju lantai dua di rumahnya.

.

.

Segalanya terasa aneh bagi Seohyun. Beberapa saat yang lalu, ia ingat sedang duduk bersama dengan Yonghwa di sebuah bangku di pinggiran taman Seoul. Meresapi keindahan serta ketenangan yang tercipta di sana. Tapi mengapa sekarang ia berbaring di kamarnya? Ia bahkan sama sekali tidak ingat kapan ia pulang. Apakah karena berkali-kali memejamkan mata sore tadi, ia malah ketiduran?

“Ukh…” Seohyun bisa merasakan kepalanya bagai ditindih sesuatu yang sangat berat sehingga membuatnya kesulitan untuk duduk. Dengan memijat kepalanya, Seohyun mengedarkan pandangan di sekitar kamarnya. Melalui jendela kaca kamarnya yang berukuran besar, Seohyun dapat melihat hari sudah malam. Atau mungkin sudah tengah malam−jika dilihat dari banyaknya bintang di sana−, pikirnya.

Lalu dimana Yonghwa? Jika Seohyun berada di sini, kemungkinan terbesarnya adalah pria itu yang membawanya ke sini. Baru saja Seohyun menyingkap selimut untuk turun dari ranjang dan mencari tahu dimana Dokter muda itu, ia kembali dikejutkan dengan pakaian yang ia kenakan.

Ya Tuhan…

Siapa yang mengganti pakaiannya dengan Piama yang tebal? Seohyun benar-benar tidak merasa mengganti pakaiannya. Tangannya mencengkeram bagian depan piama-nya. Ia takut, dan ketakutan Seohyun membuat rasa pusing di kepalanya bertambah berat. Ia kembali memijat pelipisnya dengan sebelah tangannya yang bebas, mencoba berpikir setenang mungkin.

Tidak mungkin Yonghwa~shii. Sama sekali tidak mungkin, Seohyun!−Seohyun menegaskan hal itu dalam kepalanya sendiri. Lalu siapa?

Suara pintu yang terbuka membuat Seohyun mengangkat wajahnya.

Itu… Dia−

“Kyu-Kyuhyun?” Seohyun tak percaya dengan apa yang dilihatnya kali ini. Matanya terpaku pada pria yang saat ini berdiri di depan pintu kamar dengan membawa segelas air putih di tangan kanannya. Pusing yang ia rasakan tadi pun mendadak hilang, dan digantikan dengan rasa lemas di seluruh syaraf tubuhnya. Di dalam hatinya, Seohyun berkali-kali bertanya apakah ini sebuah mimpi yang terasa sangat nyata? Sosok yang begitu ia rindukan itu… apakah dia nyata? Apakah Seohyun bisa menggapainya? Memeluknya? Apa ia bisa?
Dan apa yang terjadi pada diri Seohyun, seolah-olah juga terjadi pada diri Kyuhyun.

Ia begitu terkejut ketika melihat mata coklat itu terbuka dan kini menatapnya tanpa berkedip sedikit pun. Kyuhyun tidak beranjak dari tempatnya, dan matanya juga tak beranjak sedikit pun dari tatapan mata coklat itu. Namun ketika mata coklat itu terpejam dan menyembunyikan dirinya, Kyuhyun tersadar. Dengan membuang semua rasa gugupnya,−Kyuhyun tidak ingat kapan terakhir kali ia merasa gugup seperti ini− Kyuhyun berjalan perlahan mendekati Seohyun, dan duduk di sisi pinggir ranjang. Setelah meletakkan gelas yang ia bawa di meja samping ranjang, ia menatap istrinya yang masih menundukkan kepalanya. Posisinya yang sekarang berhadapan dengan Seohyun, membuat Kyuhyun bisa melihat dengan jelas cengkraman tangan wanita itu di depan pakaiannya sendiri.

 “Aku yang mengganti pakaianmu,” ucapnya seolah mengerti apa yang baru saja Seohyun pikirkan. “Tadi kau menggigil, kupikir dengan baju itu kau akan merasa lebih hangat.”

Suara Kyuhyun yang begitu dirindukan Seohyun seolah menggelitik indera pendengarannya. Bukan masalah Kyuhyun mengganti pakaiannya yang ia pikirkan saat ini, melainkan jarak diantara mereka berdua. Jika saja Seohyun tidak mengalami masa-masa sulit karena Kyuhyun, ia tidak akan segugup ini ketika berdekatan dengan suaminya. “G-Gomawo.”

Hening yang berlangsung beberapa saat setelah itu terasa begitu lama bagi Swohyun. Ia masih menghindari tatapan Kyuhyun dengan menundukkan kepalanya semakin dalam. Apa yang ia inginkan tidak terlalu besar, Seohyun hanya ingin ini semua mimpi dan bukan kenyataan. Ia akan lebih memilih untuk kembali tidak sadarkan diri dengan konsekuensi rasa pusing yang terasa lebih hebat daripada harus berbicara dengan Kyuhyun dan menatap mata hitamnya. Namun kali ini, keberuntungan kembali tidak memihaknya.

“Kepalamu masih terasa pusing?”

“Ti−tidak.” Ketika mata Seohyun dengan ragu menatap wajah suaminya, pria itu ternyata sedang memalingkan muka. Mungkin apa yang ia lakukan telah menyakiti harga diri pria itu, pikirnya. “Kapan kau pulang?” tanya Seohyun berusaha setenang mungkin. Kali ini ia mengumpulkan seluruh kemantapan hatinya untuk menatap mata Kyuhyun.

Kyuhyun mengambil napas dalam sebelum kembali menolehkan kepalanya. “Petang tadi.” Wajahnya kali ini tidak sekaku yang Seohyun lihat tadi.

“Begitu,” komentar Seohyun karena ia tidak tahu harus berkata apa.

Keduanya kembali diam karena tidak tahu harus bagaimana lagi. Seohyun memilih untuk menundukkan kepalanya lagi, mengamati ujung selimut yang sedari tadi ia pilin-pilin kecil. Terkadang ia menyembunyikan anak rambut ke belakang telinganya, dan Kyuhyun bisa membaca kegugupan istrinya lewat hal itu. Kyuhyun tidak memungkiri bahwa sebenarnya saat ini pun ia juga merasa gugup, namun rasa itu selalu sirna ketika ia mengingat tubuh Seohyun yang tergolek lemah beberapa saat yang lalu. Betapa Kyuhyun sangat ingin memeluk tubuh itu untuk memberi kekuatan, menenangkannya saat ia menggigau di dalam mimpinya, dan memberikan kehangatan saat tubuh itu menggigil.

“Seharusnya kau lebih memperhatikan kesehatanmu.”

Seohyun mengangkat wajahnya, mungkin sedikit heran dengan apa yang baru saja dikatakan suaminya. Namun yang lebih membuatnya heran adalah sorot mata Kyuhyun yang menunjukkan banyak keraguan dan penyesalan.

Entah apa yang membuat Kyuhyun mengulurkan telapak tangannya untuk membelai pipi Seohyun, dan tampaknya ia tidak peduli dengan keterkejutan wanitanya. “Jangan memaksakan diri lagi,” ucap Kyuhyun lirih, begitu lirih hingga Seohyun merasa itu adalah sebuah bisikan.

Keterkejutan Seohyun tidak hanya sampai di situ. Ketika ia merasakan sebuah tarikan dari lengan Kyuhyun, ia sadar kali ini suaminya memeluknya. Napasnya yang hangat menerpa sebagian bahu Seohyun yang tidak tertutupi kain, dan lengan kuatnya membelenggu Seohyun dalam sebuah dekapan dalam. “Mianhe…” bisiknya lebih lirih dari sebelumnya.

 

Tidak.

Seohyun yakin ia sama sekali tidak menginginkan ini. Ia sama sekali tidak menginginkan pelukan atau apa pun dari Kyuhyun. Ia takut jika semua terulang lagi, semua kebahagiaannya yang akan hancur hanya dalam beberapa detik.

“Kyuhyun…”

Namun tubuh Seohyun sama sekali tidak menuruti perintah otaknya.

Jangan…

Secara perlahan Seohyun mengulurkan kedua lengannya untuk membalas pelukan suaminya.
Tidak… Kumohon jangan…

.

.

.

Jangan… jangan seperti ini, Kyuhyun. Jangan memperlakukanku seperti ini…
Setetes air mata yang keluar dari sepasang mata hijaunya sekaligus menutup mata Seohyun dari cahaya apa pun. Kali ini ia memilih untuk menikmati semuanya dalam kegelapan, meresapi sebuah kehangatan hati yang tidak pernah ia dapatkan dari suaminya sendiri hingga membuatnya kembali terbawa ke alam mimpi. Dan jika semua ini adalah mimpi, Seohyun benar-benar tidak ingin untuk membuka matanya barang sejenak.

.

.


Namun tanpa balasan cinta… apa ia akan tetap sanggup bertahan?

.

.

.

.

Tak ada hal lain yang diinginkan Kyuhyun selain ini. Bertemu istrinya, membelai pipinya, dan memeluknya. Kini sudah tak ada keraguan lagi di dalam dirinya, masalahnya kini sudah selesai sehingga membuatnya bisa bernapas lega. Namun dibalik kelegaannya, Kyuhyun menyimpan sebuah tanda tanya. Mengapa sorot mata yang selalu ditujukan istrinya kali ini terlihat berbeda? Mengapa mata ciklat itu tidak sehangat sebelumnya? Dan mengapa sorot mata memuja itu… kini sudah tidak ada?
.

.

.

[TBC]

236 Tanggapan to “LOVE ME [ CHAPTER 9 ]”

  1. kyuniewiress18 Agustus 10, 2016 pada 3:18 pm #

    Woa~akan bagaimana kelanjutannya, next read

  2. bya2518 April 27, 2016 pada 9:45 pm #

    Apa nnti akan baik baik saja?dohh seokyu

  3. zakhiya19 April 24, 2016 pada 3:40 am #

    Akhirnya kyuhyun sudah sedikit memperlihatkan rasa sayang nya jangan sampai seohyun suka sama yonghwa gaaaak rela

  4. fannya Januari 11, 2016 pada 2:15 pm #

    Please seo jangan lupain kyu 😢😢 yaampun thor ffnya pedih 😢 jaga malem sambil mewek ditanya sama dokter jaga knp mewek gini 😂😂

  5. asrielf rahmawari Desember 31, 2015 pada 2:51 am #

    gak tau harus bilang apa kalo author nya sukses bikin nangis kaya gini

  6. Amelia November 27, 2015 pada 4:37 am #

    Jangan bilang seohyun mulai ngelupain kyuhyun? T.T yak! Jangan 😥 Author sukses bikin aku sedih kek gini 😥

  7. sulistiowati_06 Oktober 31, 2015 pada 12:06 am #

    nah lho ati2 kyuppa, jangan2 seohyun udah
    berubah perasaannya. ati2 dah jangan
    sampek kyuppa nyesel kalo nanti ditinggal
    sama seohyun

  8. iraseokyu Oktober 12, 2015 pada 7:54 am #

    Omo~~~ perasaan seonni gak berubahkan ? Masih sayang ke kyuppa kan ? Aigoooo kyuppa kembalikan istri mu ke semula….

  9. angela agatha Juli 9, 2015 pada 3:49 am #

    HOREEEE….kyuhyun mulai geram wkwk

  10. kyumaelf Juni 28, 2015 pada 2:43 pm #

    nih gara2 yonghwa.nyesek juga kalo kyu sikapnya dingin

  11. Andi Juni 10, 2015 pada 2:33 am #

    Wah kyuhyun udh mulai menunjukkan kemajuaan nih.
    Merawat seohyun.
    Ok next

  12. nae_lee April 3, 2015 pada 11:55 pm #

    perang Kyu n Yong akan d mulai? :-/ 😀
    pertahankan Seo, Kyu :3

  13. nadud Februari 25, 2015 pada 6:32 am #

    akhirnya kyu oppa sama seo eonni baikan juga .. walaupun masih 75% 😀

  14. kimhaera Februari 19, 2015 pada 9:57 pm #

    sebenernya menikah karena perusahaannya itu maksudnya apanya sih? itu yang membuatku bertanya-tanya
    semoga Kyu. cepet-cepet tunjukkin rasa cintanya ke Seo ya!

  15. Iyank EternalMagnae Januari 15, 2015 pada 2:40 am #

    kyuppa cpt tnjukin prasaanmu ma seo!!
    biar seo g rgu lgi ma km!!
    n biar seo g d ambil ma yonghwa!!

  16. seokyu111209 Desember 27, 2014 pada 9:44 am #

    sorot mata hilang itu karena mu oppa!!!

  17. aista Desember 9, 2014 pada 10:25 am #

    kyuppa dah mulai perhatian nih ma seoni, knapa dngan sorot tatapan mata seoni, pa mngkin seoni mulai jatuh cinta sama yonghwa??

  18. loveseokyu Desember 4, 2014 pada 5:22 pm #

    Semua tatapan sorot mata itu hilang karena kau oppa…coba km lbih perhatian…

    Huft..jangan ada yohlghwaaaa…cukup

  19. Nona November 12, 2014 pada 7:17 am #

    Kyuhyun… Jangan biarkan istrimu diambil orang,, Seo, jangan sampai hatimu diambil orang lain selain suamimu sendiri…

  20. Ji Hye November 4, 2014 pada 7:03 am #

    Wah..kyu oppa harus lebih menunjukan perasaannya pada seo eonni kalau gak kepengen seo diambil yonghwa..
    Tambah seokyu momentnya ya thor..hehehe

  21. sooyeon_choi November 1, 2014 pada 8:53 am #

    Lebih banyak lagi untuk menunjukkan perasaan Oppa ke Onnie…
    Tapi ini permulaan yang baik…

    Next…

  22. cookiessj Oktober 23, 2014 pada 7:26 pm #

    lanjut nee ^^

  23. Aan's L-hope Oktober 16, 2014 pada 12:47 pm #

    part ini seruuu bgt, Kyu sma yonghwa adu mulut memperebutkn seohyun… hayo loh oppa sprti nya yong serius ingin merebut seohyun kalo smpe kyu kecewain seohyun n bikin ia nangis lagi,
    Mungkinkh seohyun menyerah mncntai kyu??

  24. Agustin Dinda Oktober 12, 2014 pada 8:44 am #

    omgg…seru ihh kyuhyun oppa sama yonghwa oppa wkwkwkwkw…Kyuhyun oppa hati hati seo eonienya diambil wkwkwkw makin penasarannnnnn tauu

  25. Yui Oktober 12, 2014 pada 5:47 am #

    endingnya sweeeet kyuhyun cepat katakan perasaanmu karena ada yonghwa yang siap merebut seo kapansaja

  26. RukaChan Oktober 6, 2014 pada 3:00 pm #

    keren pas scane yonghwa kyuhyun , ketegangan memulai ..
    haduuuuh kayanya seokyu salah paham .. gara2 sikap kyuhyun sih yg membingungkan …
    kayanya bakal rame kalo sampe ada pertarungan antara kyu dan yonghwa hihi~

  27. rosepink Oktober 5, 2014 pada 12:41 am #

    Kyu lbh perhatiin seo ya..
    Seo jgn ragu sm perasaanmu..

  28. Leli Kiminoz Oktober 3, 2014 pada 2:42 pm #

    Makanya kyu, perhatikanlah istrimu, jangan sampai dia lebih merasa nyaman dgn pria lain. Seohyun jadi ragu deh sama kyu 😦

  29. Priska September 23, 2014 pada 12:11 pm #

    Saat kyu sdh bk hati buat seo ragu akan cinta kyu

  30. seokyunnie23 September 13, 2014 pada 2:48 am #

    belajarlah kyuhyun… lebih penhertianlah pd istrimu…

  31. lyma choseo Juni 25, 2014 pada 8:16 am #

    seohyun sakit, kyuhyun jadi perhatian sama seohyun.

  32. laybaeklove Juni 24, 2014 pada 3:04 pm #

    biar kyuppa rasain tuh gimana rasanya cinta tak terbalas,good seo eonni :’)
    tp ttp brharap happy ending ..hhooo

  33. layli Mei 29, 2014 pada 10:53 am #

    jangan sampe seo eonni g cinta lgi ama kyu oppa..
    g bakal rela aku….

Kasih Comment ya ;) Gomawo