LOVE ME [CHAPTER 15]

25 Mar

love me

Judul/Title : Love Me

Author : Cho Jihyun [ @Rivanawr ]

Cast : Cho Kyuhyun & Seo Joohyun

Other Cast : You’ll find it

Length : 1 of………..

Genre : Romance, Sad, Family. Little bit NC

Author Notes (A/N) : Annyeong wiresdeul *bow* aku bawa full part15 LOVE ME nih hehehe

akhirnya aku dan teman ku bisa menyelesaikan ini semua hahah

Bisa juga kalian temukan beribu-ribu(lebay) Typos yang merajalela di sepanjang ff

Udah deh cekidot sajaaa…..jangan lupa comment ya eheheh Gomawo thanKyu :*

PLEASE DON’T BE A PLAGIATOR!

“Kau yakin tak mau sarapan dulu, Minho-ah?”

Minho masih tak menoleh istrinya yang berjalan mengikutinya di belakang. “Tidak, Krystal-ah. Aku sudah sangat terlambat.”

Krystal menghentikan langkahnya dan menatap Minho dengan sebal. “Kalau begitu berjanjilah padaku untuk menyempatkan sarapan!”

Senyum Minho mengembang lebar. “Pasti, dan kau tidak perlu khawatir lagi,” ucapnya seraya mengecup singkat bibir Krystal. Sebelah tangannya mengusap perut Krystal yang sudah membuncit. “Aku berangkat.”

“Hati-hati.” Krystal pun tak ingin kalah membalas senyum suaminya.

Minho melangkahkan kakinya secepat ia bisa menuju perusahaannya. Semalam ia memilih untuk pulang lebih cepat saat tumpukkan pekerjaan tengah menunggu untuk diselesaikan olehnya. Alasannya tidak terlalu berarti, ia hanya ingin pulang cepat agar bisa bercengkrama dengan istrinya lebih lama. Menurut Minho, akhir-akhir ini ia jarang bisa duduk bersama dan berbicara hanya berdua dengan Krystal. Sekalipun ada, itu hanya sebentar karena baik dirinya dan Krystal sama-sama sudah mengantuk dan lelah saat keduanya memulai pembicaraan. Dan sekarang, Minho harus membayar apa yang ia lakukan semalam dengan getol menyelesaikan tugasnya sebelum asisten-nya mendobrak pintu seraya memarahinya karena tidak tepat waktu dalam menyelesaikan tugas.

Langkah Minho baru saja akan sampai di depan pintu gedung sebelum sebuah suara pria yang ia kenal membuatnya berhenti. Presdir itu memicingkan mata untuk melihat lebih jelas lagi siapa yang memanggilnya dari kejauhan. “Yonghwa?”

.

.

Seohyun selalu berharap suaminya menikahinya karena memang mencintainya. Bukan hanya untuk mengembalikan Perusahaan-nya.

.

.

.

LOVE ME

CHAPTER 1 | CHAPTER 2 | CHAPTER 3 | CHAPTER 4 | CHAPTER 5 | CHAPTER 6 | CHAPTER 7 | CHAPTER 8 | CHAPTER 9 | CHAPTER 10 | CHAPTER 11 | CHAPTER 12 | CHAPTER 13 | CHAPTER 14

.

.

.

.

.

Seohyun menghembuskan napas lega saat menatap masakan yang ia buat di atas meja. Senyum simpulnya terukir, dan sedikit rasa bangga hinggap di hatinya saat merasa melaksanakan tugas sebagaimana seorang istri kepada suaminya untuk yang kesekian kalinya.

“Untuk apa tempura sebanyak ini?”

Suara datar itu mau tak mau membuat Seohyun menoleh.

“Seharusnya lebih banyak ikan daripada tempura.”

Komentar yang terakhir itu seakan memancing Seohyun untuk berkilah. “Ah, Kyuhyun… sudah berapa kali aku bilang kalau aku tidak ingin makan ikan?”

Kyuhyun memilih tak menjawab dan duduk di depan meja makan rendah itu.

“Lagipula dua hari yang lalu kau sudah membelikanku banyak ikan, aku tersiksa jika harus memakannya lagi,” sambung Seohyun dengan raut wajah seakan memohon.

“Lalu kenapa memilih tempura?” tanya Kyuhyun seraya mengambil nasi.

Seohyun menatap tumpukkan tempura yang ada di depannya. Ah, ia baru sadar sudah menggoreng sebanyak itu. “Kurasa…” Seohyun terlihat berpikir sejenak sebelum melanjutkan kalimatnya. “Karena sekarang aku lebih suka tempura daripada ikan.”

Kyuhyun mendengus geli. Pria itu memilih untuk tidak berkomentar lagi dan melanjutkan sarapannya.

Bibir Seohyun mengulum senyum kecil saat mata coklatnya mencuri-curi pandang ke arah suaminya. Kyuhyun selalu seperti ini. Mengomentari apa yang ia lakukan, apa yang makan, apa yang ia pilih… dan apapun. Hampir setiap saat Seohyun harus menelan rasa kecewanya ketika Kyuhyun mulai mengingatkannya untuk tidak melakukan kebiasaan lamanya sebelum mengandung. Menurut Seohyun, suaminya itu terlihat lebih berisik dari sebelum-sebelumnya.

Namun Seohyun mencoba meyakini bahwa hal itu terjadi karena memang Kyuhyun ingin memberi perhatian lebih untuknya… dan calon buah hatinya.

Ya! Pasti seperti itu.

“Umm… kudengar ada sedikit kericuhan oleh sekelompok perampok pada kantor baru kalian,” ucap Seohyun memecah keheningan disela kegiatan sarapannya. “Apa itu benar, Kyuhyun-ah?”

“Darimana kau tahu berita itu?”

“Hanya selentingan kabar dari Changmin.”

Kyuhyun meletakkan sumpit dan meraih gelas yang ada di depannya sebelum menjawab pertanyaan Seohyun. “Kabarnya memang seperti itu, tapi aku juga belum bisa memastikannya.”

“Apa Minho sudah mengetahui hal ini?”

“Ya, dia orang pertama yang mencurigainya.”

Seohyun mengangguk paham. Dengan kemampuan otaknya, tentu Minho bisa dengan mudah mengetahui apa yang sedang terjadi di kantornya dan Kyuhyun itu.

“Sekarang penyelidikan masih berlangsung, jadi kurasa tidak perlu cemas secara berlebihan,” ucap Kyuhyun setelah menandaskan minumannya.

Senyum Seohyun mengembang. “Baiklah.”

Kyuhyun menatap Seohyun dengan sorot mata sedikit lebih lembut dari sebelumnya selama beberapa saat sebelum bangkit dari duduknya.

“Sudah mau berangkat sekarang?”

“Hn,” sahut Kyuhyun seraya meraih Dasi-nya.

Seohyun turut bangkit dari posisinya dan meraih Jas yang terletak di atas meja. Wanita itu pun mengikuti sang suami yang berjalan menuju pintu depan dan dengan setia menunggu Kyuhyun yang duduk seraya memasang alas kaki.

“Kurasa nanti aku tidak bisa menjemputmu,” ucap Kyuhyun saat berdiri dan membalikkan badannya menghadap Seohyun. “Penyelidikan hari ini pasti akan memakan banyak waktu.”

Raut wajah Seohyun terlihat kecewa, namun itu hanya sedetik saja sebelum ia mengangguk untuk menguasai dirinya. “Tak apa,” ucapnya seraya menyerahkan Jas milik suaminya. “Berjuanglah, tapi jangan sampai memaksakan diri.”

Kyuhyun mengangkat sedikit sudut bibirnya. “Kalian juga.”

Seohyun kembali mengangguk seraya tersenyum lebar. “Fighting!” serunya seraya mengepalkan tangannya di depan dada.

Yang terlihat oleh Seohyun setelah itu adalah sosok Kyuhyun yang semakin menjauh dari tempatnya berdiri. Bahkan tak sampai beberapa detik melewati pintu, sosok yang lebih tinggi darinya itu seolah menghilang terbawa angin yang bertiup pelan di luar sana. Senyum Seohyun yang sedari tadi terukir pun secara perlahan-lahan lenyap. Entah hal apa yang ia rasakan sekarang. Terlau sulit untuk menjabarkannya satu per satu, dan mungkin ia juga tidak akan mampu.

…namun satu hal yang pasti, ia merasa sangat bersyukur.

Cukup seperti ini saja aku sudah berterimakasih, Ya Tuhan. Jangan ada yang berubah dari Kyuhyun sampai kapanpun.

.

.

Sesekali, Uzumaki Minho melirik sosok pria yang duduk tepat di depan meja kerjanya dengan pandangan menyidik. Apa yang dilakukan Kazekage Suna itu? Sedari tadi ia hanya diam, dan arah pandangannya hanya terpaku pada jendela. Jika dilihat dari raut wajahnya yang terlihat lelah, pria itu tengah memiliki beban pikiran yang membuatnya kelihatan jauh lebih diam dari biasanya.

Helaan napas kasar keluar dari mulut Minho saat ia meregangkan kedua tangannya seraya menyandarkan punggungnya di kursi. “Pagi tadi aku tidak sempat sarapan. Kau mau pergi makan denganku?”

Yonghwa menoleh, namun tidak langsung menjawab.

Sepasang mata hitam milik Minho memicing. “Haaah… kurasa aku tidak perlu berbasa-basi denganmu, lagipula hutang tugasku juga sudah selesai.” Minho kembali menumpukan kedua lengannya di atas meja dan menatap Yonghwa dengan tajam. “Apa tujuan utamamu kemari?”

Dengan tidak adanya kawalan dari beberapa perawat, Minho pasti dengan mudah curiga dengan kedatangan Yonghwa ke kantornya secara tiba-tiba. Setahu Minho, Dokter itu tidak pernah melewatkan Perawat-perawatnya jika harus pergi keluar Busan. Dan nampaknya kali ini Yonghwa harus sedikit membagi urusan pribadinya.

“Ada urusan yang belum aku selesaikan.”

Minho menautkan kedua alisnya. “Urusan?”

“Hn.”

“Apa urusan ini begitu penting hingga membuatmu harus kesini seorang diri?”

Pandangan Yonghwa kembali menerawang ke arah jendela. “Ini lebih penting dari apapun dalam hidupku, Minho.”

Tatapan Minho perlahan melunak. Sepenasaran apapun ia terhadapa maksud kedatangan Yonghwa, ia tentu tidak berhak tahu seluk beluk kehidupan temannya. Hal ini sudah memasuki ranah pribadi. “Kau butuh bantuan mungkin?” tawar Minho.

Yonghwa masih mempertahankan arah pandangnya. “Tidak perlu.”

“Baiklah, terserah kau saja.” Minho beranjak dari duduknya dan mengambil sebuah buku besar yang terletak di rak buku di sudut ruangan. “Bagaimana keadaan Busan?”

Mau tak mau Yonghwa memandang punggung Minho. “Sangat baik”

“Minho?”

“Hm?” sahut Minho tanpa mengalihkan pandangan dari buku yang ada di atas meja.

“Bagaimana keadaan Seohyun?”

Minho menghentikan kegiatan membacanya. Pertanyaan Yonghwa membuatnya heran sekaligus tergelitik. Untuk apa Yonghwa menanyakan wanita bermata coklat itu? Walaupun Minho tahu Yonghwa dan Seohyun cukup saling mengenal, entah mengapa rasanya aneh saat pria berambut hitam itu hanya menyebut nama Seohyun dalam pertanyaannya. Namun tak ada alasan bagi Minho untuk tidak menjawab pertanyaan itu. Yonghwa dan Seohyun adalah kedua temannya yang saling mengenal, dan Yonghwa juga berhak tahu kabar dari wanita itu.

.

.

Terbiasa dijemput oleh sang suami ketika pulang dari bekerja, nampaknya menjadi salah satu faktor Seohyun enggan melangkahkan kakinya keluar ruangan seorang diri walaupun rembulan sudah menunjukkan wujudnya. Lebih dari satu jam Seohyun berada di sana, duduk di kursi, dan memandang pemandangan matahari tenggelam hingga munculnya bulan dari balik jendela. Ia tidak tahu pasti alasan apa yang membuatnya ingin bertahan di sana, yang jelas ia merasa nyaman duduk berlama-lama seraya memandang bulan.

Seohyun menyunggingkan senyum tipisnya.

Jihyun. Nama yang bagus.

Berhenti memikirkan hal itu, Seohyun lantas bangkit dan bersiap untuk pulang. Wanita itu menata beberapa buku dan kertas yang ada di atas meja kerja sebelum melangkahkan kaki meninggalkan ruangannya.

Tak ada yang beda dari biasanya. Dengan atau tanpa Kyuhyun yang menjemputnya ketika pulang bekerja pun, para perawat maupun Dokter yang ia kenal selalu menyapa dirinya, dan Seohyun juga akan menyapa balik mereka ketika berpapasan. Namun ketika langkahnya sudah sampai tidak jauh dari pintu utama rumah sakit, segalanya terasa berubah. Siapa yang ia lihat tengah berjalan dari kejauhan menghampiri dirinya, membuatnya tak mengiraukan beberapa sapaan yang terus mengalir untuknya. Ia terkejut, gugup, dan tidak tahu harus berbuat apa. Seluruh tubuhnya terasa lemas seketika, bahkan kedua lututnya yang bergetar membuat langkahnya terhenti saat orang yang ia lihat sekarang berada persis di depannya.

“Lama tak berjumpa.”

Hanya keheningan yang tercipta setelahnya karena Seohyun tak tahu harus berkata apa. Pria berambut Hitam yang ada di depannya seolah mematikan seluruh syaraf di tubuhnya.

Yonghwa mendekati Seohyun yang masih terpaku menatapnya. “Bagaimana kabarmu?”

“A−aku…” Seohyun tak mampu melanjutkan kalimatnya lagi dan memilih untuk menundukkan kepalanya. Wanita itu sungguh tidak tahu bagaimana cara menghentikan debaran jantungnya yang kencang. Antara takut dan gugup, ia bahkan tidak bisa membedakannya.

Sepasang mata milik Yonghwa hanya memandang diam Seohyun yang berdiri di depannya. Jauh di lubuk hatinya, ingin sekali ia merengkuh tubuh wanita itu.

“Aku baik-baik saja, Yonghwa-ssi,” jawab Seohyun pada akhirnya. Kepala wanita itu tetap tertunduk untuk menghindari tatapan Yonghwa.

Yonghwa mengambil langkah lagi untuk mendekat, namun respon mundur yang diberikan Seohyun seakan menyadarkannya kembali untuk tidak mengulang kesalahan yang sama. Sebisa mungkin Yonghwa menelan rasa sakit yang menyayat hatinya saat mengetahui kenyataan bahwa Seohyun menolak kehadirannya. “Apa setelah ini kau ada waktu luang?” tanya Yonghwa datar.

Seohyun tak langsung menjawab. Di dalam posisinya yang menundukkan kepala, kedua matanya bergerak gelisah.

“Kau masih memiliki janji padaku.”

Ucapan Yonghwa memaksa Seohyun untuk mengangkat kepala dan menatap pria berambut hitam itu dengan terkejut. Baru saja bibirnya terbuka untuk bertanya, Yonghwa dengan cepat menyelanya.

“Menemaniku jalan-jalan.”

Dan kali ini Seohyun tak memiliki alasan untuk menghindari Yonghwa untuk yang kesekian kalinya.

.

.

“Kudengar dari Minho kau tengah hamil sekarang.”

Perkataan Yonghwa memecah kesunyian di bangku taman di pinggir danau itu. Suara hewan malam yang bersautan menjadi penjeda sebelum Seohyun membuka mulutnya.

“Ya.”

“Kau bahagia?”

Seohyun terdiam, sempat tidak tahu harus menjawab apa. Jemarinya meremas pelan kain roknya. “Tentu saja,” jawab Seohyun sebelum menarik napas dalam. “Semua wanita pasti akan merasa bahagia jika akan memiliki seorang bayi.”

Ujung bibir Yonghwa tertarik membentuk lengkungan tipis. Pria itu menurunkan pandangannya dan memilih untuk memandang tanah yang ia pijak. “Jika aku lebih cepat, mungkin aku tidak akan tampak seperti ini.”

Untuk yang pertamakalinya sejak ia duduk di sana, Seohyun menoleh ke arah Yonghwa.

“Pria yang terlambat,” imbuh Yonghwa.

Seohyun tetap diam. Ia menunggu Yonghwa menjelaskan apa yang ada di dalam pikiran pria itu tanpa bertanya sedikitpun. Namun menunggu Yonghwa membuka mulutnya lagi nampaknya harus lebih bersabar. Sebagian hatinya yang penasaran memaksanya untuk bertanya langsung kepada pria yang kini duduk diam di sampingnya, namun sisi lainnya malah berharap agar Yonghwa tidak mengatakan apapun dan membiarkannya pulang.

“Sebenarnya apa yang ingin anda bicarakan denganku?” tanya Seohyun pada akhirnya karena tak sanggup lagi menahan rasa penasarannya yang kian membesar.

Yonghwa mengangkat kepalanya. Sepasang matanya menatap sendu Seohyun yang terlihat takut-takut membalas tatapannya. “Seharusnya aku meminta maaf padamu dari dulu sebelum kau semakin memandangku sebagai orang asing seperti saat ini.”

Tiba-tiba Seohyun merasa udara di sekelilingnya menipis hingga membuatnya sulit untuk menarik napas lagi.

“Sampai kapanpun kau tidak akan bisa aku miliki. Begitu pula dengan hatimu.” Yonghwa mengatakannya tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun dari Seohyun. “Aku bahkan sempat menjadi egois saat aku mulai berputus asa untuk mendapatkanmu. Kau yang selalu menenangkan hatiku, malah membuatku takut ketika kau memperlebar jarak denganku.”

Seohyun membuang muka dan menatap resah danau yang ada di depannya.

“Aku sangat mencintaimu.”

Tarikan napas berat terdengar dari bibir Seohyun. Seluruh tubuhnya melemah seperti saat Yonghwa pernah mengatakan hal yang sama beberapa bulan yang lalu. Wanita bermata coklat itupun memilih untuk memejamkan kedua matanya. Cukup lama ia terdiam, Yonghwa juga nampaknya tidak ingin melanjutkan perkataannya.

“Aku sudah menikah, Yonghwa-ssi,” ucap Seohyun lirih setelah membuka kedua matanya secara perlahan. Ia tidak tahu apakah jawaban yang ia tujukan tepat atau tidak, ia hanya ingin Yonghwa paham bahwa tak seharusnya Yonghwa mencintai wanita seperti dirinya yang sudah menikah.

“Bukan itu, Seohyun. Tujuanku sekarang menemuimu bukanlah memintamu untuk beralih ke sisiku.”

Seohyun kembali menatap Yonghwa. Dokter Busan itu tengah menatapnya lembut seraya menyunggingkan senyum tipisnya.

“Aku hanya ingin meminta maaf.”

Tak ada tanggapan langsung dari Seohyun. Ia hanya bisa menatap pria di sampingnya. Ingin sekali rasanya membalas perkataan itu, tapi dengan apa?

“Sejak pertama kali mengetahui kau sudah menikah saat di pesta pernikahan Minho, seharusnya aku sadar bahwa hatimu sudah termiliki oleh pria lain. Tapi aku begitu egois.” Yonghwa meraih sebelah tangan Seohyun yang sedang bertautan di atas paha wanita itu. “Maukah kau memaafkanku?”

Remasan lembut tangan Yonghwa di tangan kanannya hampir membuat jantung Seohyun melompat dari rongganya. Tiba-tiba saja ia ingat saat-saat dimana Yonghwa menciumnya. Ia trauma, namun ketika matanya bersirobok dengan sepasang mata teduh miliki Yonghwa, hatinya melunak. Sudah lama ia tidak melihat sepasang mata yang menenangkan itu, lagipula sebagian hatinya bertanya apa salahnya jika ia memberi kesempatan pria itu hanya untuk sekedar menggenggam tangannya? Menurutnya, hanya dengan cara ini pula ia bisa membalas perasaan Yonghwa. Perlahan, Seohyun menganggukkan kepalanya.

Yonghwa tersenyum, namun sama sekali tidak mengendurkan genggamannya. “Pria yang kau cintai adalah pria yang paling beruntung.”

Seohyun merasa kikuk. Sebelah tangannya yang bebas menyelipkan anak rambutnya ke belakang telinga. “Jangan berkata seperti itu, Yonghwa-ssi. Wanita yang akan menjadi pendamping anda kelak juga adalah salah satu wanita yang beruntung.”

“Tidakkah kau ingin menjadi salah satu wanita yang beruntung itu?”

Sepasang mata Seohyun terbelalak, namun ketika ia melihat seringai tipis Yonghwa, ingin sekali rasanya memukul lengan pria itu. Tak pelak, ia pun tertawa renyah.

“Kalian berdua saling mencintai. Aku salut.”

Perkataan Yonghwa segera menghentikan tawa Seohyun. Tak tahu harus menanggapi apa. Saling mencintai? Benarkah begitu? Dengan perlahan, senyum Seohyun memudar. Suasana keduanya pun berubah menjadi hening, namun itu tak berlangsung lama ketika Yonghwa kembali membuka suaranya.

“Pulanglah, suamimu menjemputmu.”

Sedetik setelah Yonghwa mengatakan hal itu, sosok pria yang memakai Jas terlihat berdiri tidak jauh di belakang mereka. Dasi pria itu absen dari lehernya. Walaupun gelap, Seohyun bisa segera mengetahui kalau itu adalah Cho Kyuhyun, suaminya.

“Kyuhyun?” bisik Seohyun di luar kesadarannya.

“Kelihatannya dia sudah lama berada di sana,” sahut Yonghwa. “Cepat hampiri dia.”

Seohyun seolah tersadar dengan perkataan Yonghwa. Entah mengapa hatinya mendadak resah. Walaupun ia pernah mengatakan kepada Kyuhyun jika ia dan Yonghwa hanya sebatas teman, hal itu tetap saja tak mampu menghapus rasa gelisahnya. Ia takut jika Kyuhyun marah.

Saat Seohyun mulai bangkit dari duduknya dan bersiap menghampiri suaminya, sebuah telapak tangan yang lebih besar dari miliknya menghentikan langkahnya. Seohyun pun menoleh.

“Besok pagi aku akan kembali ke Busan.” Yonghwa tengah menghentikan langkah Seohyun. “Jika kau ada waktu, mungkin−”

“Aku akan menemui anda,” sahut Seohyun cepat. Wanita itu menghilangkan perasaan resahnya dan tersenyum manis. “Jika aku belum datang, jangan pernah mencoba untuk pergi dulu dari Seoul.”

Yonghwa tersenyum. Pria itu pun mengangguk seraya mulai melepaskan genggaman tangannya. Sedangkan Seohyun yang merasa lebih lega karena melihat senyum Yonghwa, kembali melangkahkan kakinya untuk menghampiri Kyuhyun. Perasan resah yang tadi sempat ia rasakan perlahan lenyap ketika laju langkahnya semakin mendekati sosok suaminya. Senyum Seohyun semakin mengembang saat ia sudah berada tepat di hadapan pria yang dicintainya.

“Kau bilang hari ini tidak bisa menjemputku, Kyuhyun-ah. Untung saja aku masih di sini.”

Kyuhyun tak sepenuhnya memperhatikan raut sumringah Seohyun. Mata hitamnya lebih condong mengarah ke tempat Yonghwa dimana masih duduk memunggunginya. Tak ada perubahan wajah yang berarti pada pria itu, dan itu membuat resah Seohyun kembali hadir dengan skala yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Perlahan, dengan memberanikan diri ia menggapit lengan Kyuhyun hingga membuat suaminya itu menoleh.

“Ayo pulang! Kau pasti belum makan kan?”

Kyuhyun tak menyahut, namun pria itu menuruti perkataan Seohyun dengan mulai melangkahkan kakinya pergi dari sana.

Astaga, apa yang harus Seohyun jelaskan kepada suaminya?

.

Sepanjang perjalanan menuju kediamannya, Kyuhyun sama sekali tak menanggapi perkataan Seohyun secara berarti. Tak ada gumaman seperti biasa, mata hitamnya hanya terpaku menatap ke depan. Sekalipun Seohyun bertanya tentang menu makan malam, mengeratkan, menganyunkan pelan, serta melepaskan pelukan di lengannya, ia sama sekali tak bereaksi. Sikap diam Kyuhyun inilah yang semakin menambah resah Seohyun. Jika diam seperti ini, Seohyun sama sekali tak mengerti isi pikiran pria itu.

Saat keduanya baru saja tiba di kediaman mereka, Kyuhyun langsung saja melangkahkan kakinya setelah melepaskan alas kakinya. Ia bahkan tak menoleh Seohyun yang sedari tadi menunggunya melepas alas kaki. Cukup sudah. Kyuhyun marah, dan Seohyun harus segera memperbaiki semuanya.

“Kyuhyun-ah?”

Kyuhyun tetap melanjutkan langkahnya, namun ketika Seohyun memanggil namanya untuk yang kedua kalinya, ia berhenti dan menoleh ke belakang.

Kedua tangan Seohyun saling meremas di belakang punggungnya. Kyuhyun yang hanya memandangnya datar seraya diam seakan menyulitkannya untuk berbicara. “Tentang Yonghwa-ssi tadi… aku hanya menemaninya berbincang-bincang.”

Tetap tak ada tanggapan dari Kyuhyun, dan hal ini membuat emosi Seohyun sedikit terpancing. Setidaknya Seohyun ingin suaminya membuka mulut dan memarahinya ketimbang diam dan tak menanggapinya seperti ini. “Kita hanya berbincang sebentar karena Yonghwa-ssi besok sudah harus kembali ke Busan. Tak ada hal lain lagi selain−”

“Terserah,” potong Kyuhyun.

Singkat, namun entah mengapa terasa seperti menembus dada Seohyun.

“Kalian ingin berbincang lama pun tak ada masalah bagiku. Lagipula kalian hanya sekedar teman, bukan?”

Setelah mengatakan itu, Kyuhyun melanjutkan langkahnya menaiki tangga dan meninggalkan Seohyun yang terperangah menatap punggungnya. Kyuhyun memang tidak mempermasalahkannya, dan seharusnya Seohyun merasa lega akan hal itu. Namun apa yang terjadi sekarang seolah mengiris hatinya lebih dalam lagi. Kyuhyun bersikap acuh begitu saja saat melihatnya bersama pria lain. Apakah Kyuhyun memang tak pernah menempatkan Seohyun di lubuk hatinya?

.

.

.

[TBC]

271 Tanggapan to “LOVE ME [CHAPTER 15]”

  1. zakhiya19 April 30, 2016 pada 1:33 am #

    Cieee cemburu .yang sabar ya seohyunnwkwkw

  2. fannyap12 Januari 23, 2016 pada 3:11 pm #

    Kyu cemburu akut 😢😢 kyu please jgn gtu dong 😢😢 yonghwa juga segala pke megang2 tangannya seo pula

  3. Amelia November 27, 2015 pada 6:19 am #

    Klo cemburu bilang aja sih oppa :p jadi nye seohyun nganggap oppa kagak perduli :’) terlalu gengsi

  4. Syugaaa.r November 7, 2015 pada 2:33 pm #

    Sok cuek pdhal di dalamnya rapuh. Pffttt:v kyuu kyuu

  5. sulistiowati_06 Oktober 31, 2015 pada 1:05 am #

    uri kyuhyun cemburu lagi sama yonghwa. cemburu terus tapi perasaannya dia ke aohyun ga mau nunjukin. keterlaluan

  6. iraseokyu Oktober 13, 2015 pada 11:33 am #

    Seonniiiii itu bukan bersikap acuhhhh, itu cemburu seonniiii *aigoooooooo*
    Kyuppa bilang dong ke seonni klu kyuppa cemburu….
    Kyaaaaa knpa yonghwa muncul lagi sihhhhh, kan udah bagus waktu gak ada yonghwa… Aigo aigoo…. Sumpah ffnya makin keren eonniiii

  7. tazmadi September 20, 2015 pada 2:32 pm #

    oppa kau itu cemburu, akuilah perasaanmu sendiri

  8. kyumaelf Juni 28, 2015 pada 3:58 pm #

    aduh masalah lagi

  9. nae_lee April 4, 2015 pada 7:46 am #

    klo Kyu diem spt itu, cium ajja dy smpe pagi Seo -_- :v
    pztii deech dy gx bkal mrah lg 😎

    mrk blm saling terbuka + jjur 😦

  10. inndahhlestarii Maret 4, 2015 pada 4:06 am #

    wahh kyu cemburuan

  11. nadud Februari 25, 2015 pada 8:11 am #

    kyu oppa cemburu lagi nih sama yonghwa
    makin seru 😀

  12. Iyank EternalMagnae Januari 20, 2015 pada 2:33 am #

    wuaaaaach kyuppa cmbru tuch!!
    bru aj kyuppa brskap prhtian ma seo skrg dh cuek n dingin lgi!!
    oppa km cm slh phm!!
    jgn mrah ma seo donk!!

  13. seokyu111209 Desember 28, 2014 pada 5:05 am #

    yah kyuppa jadi dingin lagi gara2 cemburu -_-

  14. aista Desember 15, 2014 pada 1:06 pm #

    yahh kyuppa jdi dingin lgi deh ke seoni, gara* cemburu ama yonghwa.. 🙂

  15. ainn Desember 14, 2014 pada 7:42 am #

    YONGHWA !! aishh ..
    kyuhyun terlalu dingin deh

  16. loveseokyu Desember 5, 2014 pada 8:02 am #

    Hmmmm… masalah hati itu ribeettt bnget yaaaa
    Kapan kelarnyaaaa…
    ayolah…kasian aegy nya kalo ibunya setresss.. 😦

  17. Nona November 12, 2014 pada 9:24 am #

    Kyu cemburu yahh? Yonghwa siii ngapain muncul lagi..

  18. Ji Hye November 4, 2014 pada 11:20 pm #

    Kyu oppa klo cemburu tu lbh baik bilang terus terang..dripada mendem2 kyk gtu jd nyakitin seo eonni kan…

  19. sooyeon_choi November 2, 2014 pada 3:12 pm #

    Oppa,,,Oppa… jangan membohongi diri sendiri… klo cemburu,,, yea bilang cemburu… klo gak suka,,, bilang gak suka jangan bersikap yang sebaliknya… hmft…

  20. Aan's L-hope Oktober 16, 2014 pada 3:32 pm #

    Jiahhhh… Kyu cemburu 😀
    knapa gak jujur ajah kalo oppa sedng cemburu liat istri nya ber2 d’tman dngn yongg 🙂

Kasih Comment ya ;) Gomawo